Bermula dari program Community Acces Point (CAP) dari Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) tahun 2013. Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menjadi salah satu dari penerima program. Melung beserta empat desa lain dari berbagai daerah mendapatkan 8 (delapan) unit komputer dan 1 (satu) server. Hasil diskusi antara Gerakan Desa Membangun (GDM), dimana Melung menjadi salah satu penggagasnya, dengan Kemkominfo menghasilkan keputusan Festival Desa TIK (Festival Destika) sebagai ajang untuk penyerahan CAP.
Keputusan Festival Destika tersebut berdasarkan pertimbangan, bahwa akan sangat disayangkan jika pemberian Program CAP hanya sekedar pemberian tanpa memunculkan gaung yang dapat menggerakkan desa-desa lain untuk memanfaatkan TIK. Kesepakatan tersebut menetapkan Desa Melung sebagai tuan rumah Festival Destika pertama.
Sesuai tradisi GDM yang mengemas setiap even festivalnya dengan beragam acara pendidikan dan budaya, demikian pula Festival Destika. Gelaran 29 – 30 Agustus 2013 ini, beragendakan kuliah umum yang diisi oleh Dirjen Aptika Kemkominfo, Budiman Sudjatmiko dari DPR-RI, dan Prof. Imam Prasojo. Kelas-kelas TIK, dan Tata Kelola Pemerintahan Desa juga diadakan untuk peserta. Sedekah bumi dan wayang kulit ruwatan dihadirkan sebagai penyeimbang kebudayaan di gelaran TIK dan Pemerintahan Desa. Festival Destika pertama ini salah satu hasilnya adalah program domain desa.id gratis untuk tahun pertama. Hasil kerjasama antara PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia) dengan GDM.
Sesuai tujuan awal, Festival Destika pertama dihadiri oleh hampir 100 (seratus) desa dari berbagai kabupaten di Indonesia. Baik melalui undangan Kemkominfo maupun swadaya. Antusias desa-desa ini yang kemudian menyebarkan gaung pemanfaatan TIK di daerah masing-masing. Menjadikan Festival Desa TIK kedua menjadi lebih semarak.
Setahun berikutnya, pada tanggal 26 -27 September 2014, Festival Destika diselenggarakan untuk keduakalinya. Kali ini bertempat di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Rentang waktu satu tahun, desa-desa melek IT yang tergabung dalam gerakan sosial desa-desa yang ingin membangun Indonesia (GDM), semakin berkembang. Baik secara jumlah maupun dari keterlibatan multi stakeholder. Kondisi ini kemudian membuat Festival Destika kedua semakin ramai dihadiri oleh beragam pihak. Baik dari desa mulai Aceh hingga Papua, juga Pemerintah Pusat dan Daerah, Wakil Rakyat, dan organisasi-organisasi kemasyarakatan dari berbagai wilayah. Beragam latar belakang dan kepentingan dapat bertemu dan bertukar pikiran secara kekeluargaan di sini.
Perjalanan Festival Destika sudah memasuki tahun ketiga. Tanggal 15 – 16 Juni 2015, Festival Desa TIK ketiga digelar di Desa Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung. Format sama, sama semaraknya, hanya saja kali ini desa-desa TIK mengusung tema besar “Desa Bekerja, Terlibat, dan Mandiri Memanfaatkan Teknologi Tepat Guna.” Kemandirian dan kewenangan desa inilah yang sedang diperjuangkan oleh desa. Karena justru telah terbit sebelumnya Permen Kominfo No. 5 tahun 2015, di mana Petunjuk Teknis Pelaksanaannya mengatur bahwa pendaftaran domain desa.id melalui Sekretaris Daerah. Hadirnya domain desa.id dua tahun lalu diusulkan sendiri oleh desa-desa melalui proses demokratis yang ditetapkan oleh PANDI. Selama dua tahun itu pula desa.id menjadi kewenangan milik desa yang ditandai oleh syarat pendaftarannya yang hanya membolehkan pihak Pemerintah Desa untuk mendaftarkan desa.id.
Momentum Festival Desa TIK kali ini diharapkan desa-desa mendapatkan kembali wewenang untuk mendaftarkan dan menjadi pemilik website yang selama ini menjadi identitas desa di ranah daring. Karena website desa merupakan media utama untuk “Desa Bersuara” yang menjadi dasar Festival Desa TIK sejak awal digelar.
Artikel disalin penuh dari Gedhe Nusantara
0 Komentar